Tiket Pesawat Online

Bisnis Tiket Pesawat - http://www.tiket-network.com/?ref=sopokopi.

Medan Rental Car

Rental mobil di Medan, hubungi Abang Ido 081375884432 - Tirtanadi.com.

Tambang Batubara

Strip Coal Mining - kliktambang.blogspot.com.

Mineral

Kristal Fluorapophyllite - kliktambang.blogspot.com.

Coal Mining

Flathead coal mining - kliktambang.blogspot.com.

Sunday, May 1, 2011

PT Bukit Asam Garap 3 Proyek Transportasi Batubara

PT Bukit Asam (Persero) Tbk, semakin memperlihatkan eksistensinya sebagai perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. Dari waktu ke waktu perusahaan yang bermarkas di Tanjung Enim, Provinsi Sumatera Selatan ini terus berpacu menancapkan diri sebagai BUMN yang sehat.

Buktinya saat ini PT BA tengah menggarap tiga proyek transportasi batubara dengan kereta api dari lokasi tambang di Tanjung Enim Sumatera Selatan meniju pelabuhan dan dermaga bataubara di Lampung dan Sumatera Selatan dengan total kapasitas angkutan sebesar 82,7 juta ton.

Adapun ketiga proyek itu, pertama adalah proyek penjngkatan kapasitas  angkut batubara Kereta Api Eksisting yang di operasikan PT Kereta Api Indonesia[KAI] dari lokasi tambang di Tanjung Enim menuju Pelabuhan Tarahan Bandar Lampung dan Dermaga Kertapati Palembang. Tahun 2010 kapasitas angkut kereta api PT KAI sudah menandatangani Coal Transportation Agreement atau Perjanjian Tranportasi Batubara untuk mengangkut batubara PTBA dengan kapasitas 22,7 juta ton pertahun.

Kedua,  pembangunan transportasi kereta api baru dari Tanjung Enim menuju pelabuhan baru di Lampung berkapasitas 25 juta ton pertahun dengan bentangan rel sepanjang 307 kilometer.Proyek yang kontrak EPC-nya senilai USD 1,3 miliar yang sudah di tandatangani Maret 2010 lalu, melalui konsorsium PT Bukit Asam Tanspacific Railway(BATR). “PT BA menguasai 10 persen sahamnya, PT Transpacific Railway Infrastructure 80 persen dan China Railway Engineering 10 persen. “ kata Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam, Achmad Sudarto di Jakarta, baru-baru ini.

Dijelaskannya, saat ini statusnya masih dalam proses penyelesain design. Diharapkan  proyek ini mulai beroperasi secara komersialisai pada tahun pertama di tahun 2017 mulai beroperasi dengan kapasitas puncaknya sebesar 25 juta ton per tahun.

Ketiga atau yang terakhir merupakan proyek pembangunan transportasi kereta api dari Tanjung Enim menuju pelabuhan baru di wilayah Tanjung Api-api, di Pantai timur Sumsel. Proyek ini di bangun oleh Adani Global dan Pemprov Sumatera Selatan.

Sementara posisi PTBA, adalah pihak yang mempunyai kewajiban untuk menyuplai batubaranya sebesar 35 juta ton per tahun. “Head of Agreement untuk Coal Transportation Agreement proyek ini ditandatangani bulan Agustus 2010 lalu. Sedangkan operasi komersialnyadiharapkan mulai tahun 2014 sebesar 7,5 juta ton per tahun dan tahun kelima ditargetkan sudah bisa mengangkut 35 juta ton batubara PTBA per tahunnya, “ tutur Achmad Sudarto.

Saat ini sumber daya batubara PTBA, di Tanjung Enim terdapat sekitar 6,36 milyar ton dari total 7,29 milyar. Dengan selesainya pembangunan tiga proyek transportasi batubara di atas, maka pada tahun 2015 produksi PTBA akan mencaoai 50 juta ton per tahun dan 2018 nanti akan naik menjadi 80-90 juta ton per tahun, termasuk tambahan dari penjualan di mulut tambang, paparnya.

Proyek Lain

Di luar proyek pembangunan sarana trasportasi, sejumlah proyek lainnya yang sedang digarap PTBA, di antaranya proyek pembangunan PLTU Banjarsari 2 x 100 MW di mulut tambang di Lahat Sumatera Selatan. Pembangunan konstruksinya diharapkan sudah bisa dimulai awal tahun depan oleh CNEEC dari China sebagai kontraktor  EPC yang sudah ditunjuk.

Sebelumnya prakondisi di lapangan sudah dirampungkan, Saat ini statusnya sedang dalam tahap finansial PPA. Dalam proyek yang diharapkan bisa beroperasi secara komersial tahun 2013 nanti, PTBA menempati posisi sebagai pemegang 59,75 persen sahamnya, PJB 29,15 persen dan NII 11,10 persen.

Selain itu, pengembangan proyek Coal Bed Methane yang melibatkan PTBA sebesar 27,5 persen sahamnya, Pertamina 27,5 persen dan Arrow Energy 45 persen, saat ini sudah menyelesaikan tahap penandatanganan Joint Operation Agreement antara PTBA – PT Pertamina dan Arrow Energy. Proyek yang wilayah operasinya di Tanjung Enim ini akan menghasilkan sekitar 50 MMSCF/day atau sekitar 50 juta kaki kubik gas per hari dan ditargetkan mulai beroperasi tahun 2013 mendatang.

Mengantisipasi peningkatan kapasitas angkut batubara oleh PT KAI, PTBA juga meningkatkan kapasitas muat Pelabuhan Tarahan dari saat ini hanya memiliki satu dermaga dengan kapasitas sandar 80.000 dwt ditingkatkan menjadi dua dermaga, masing-masing 80.000 DWT dan 150.000 DWT. Dengan menyerap anggaran sebesar USD 135 juta, proyek yang saat ini dalam tahap tender untuk memilih kontraktor EPC-nya diharapkan selesai tahun 2013.

Untuk meningkatkan efisiensi dan menekan biaya operasional, PTBA membangun dua PLTU untuk pemakaian sendiri, masing-masing di Tanjung Enim dengan kapasitas 3 x 10 MW dan diharapkan mulai beroperasi tahun 2011. Sedangkan yang satu lagi di Pelabuhan Tarahan dengan kapasitas 2 x 8 MW. Pembangunan konstruksinya akan dimulai pada awal tahun depan oleh kontraktor EPC yang sudah ditunjuk, dan ditargetkan mulai beroperasi tahun 2013.

Kinerja Triwulan III

Hingga Triwulan III tahun 2010, volume penjualan PTBA mengalami kenaikan sebesar 12 persen atau naik menjadi 9,78 juta ton, dibandingkan volume penjualan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 8,73 juta ton. Akibat terjadinya penurunan harga batubara pada periode ini, maka Pendapatan PTBA mengalami penurunan sebesar 10 persen atau menjadi Rp 5,9 triliun dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 6,9 triliun. Penurunan harga pasar ini disertai pula oleh kenaikan Harga Pokok Produksi (HPP) akibat naiknya tarif angkut kereta api.

Semua ini telah menempatkan posisi PTBA periode januari-september 2010 untuk Laba kotor menjadi sebesar Rp 2,6 triliun, Laba Bersih Rp 1,4 triliun.

Namun demikian, kondisi eksternal yang kurang kondusif ini tidak mengurangi minat investor terhadap saham PTBA, di mana saham PTBA selalu menunjukkan kinerja yang cukup baik. Pada penutupan perdagangan saham tahun 2009 tanggal 30 Desember 2009, saham PTBA menempati angka Rp 17.250 per saham. Tanggal 10 November kemarin, saham PTBA mencatat rekor harga tertingginya, yaitu Rp 21.850,- per saham dan penutupannya dengan harga Rp 21.800, per saham. Heldian/Abus

BATUBARA SUMATERA


























Sumatera Selatan diperkirakan memiliki kandungan batubara yang cukup besar. Diperkirakan, sedimen batubaranya sebesar 15,6 milyar ton. Artinya, sekalipun penambangannya dimaksimalkan hingga 50 juta ton per tahun batubara di wilayah ini tidak akan habis hingga 200 tahun.

Sayang, wilayah kandungan batubara terletak jauh dari pusat kota dan jauh dari pelabuhan/dermaga. Sangat mahal, lama dan beresiko jika menggunakan moda transportasi darat seperti truk atau trailer. Kereta api dipilih sebagai angkutan yang paling murah, cepat dengan sedikit resiko. Untuk itulah, pada awal penambangan, dalam proyek KP3BAKA, kereta api disepakati sebagai angkutan utama batu bara dari tambangnya di Tanjungenim menuju Pelabuhan Tarahan dan Dermaga Kertapati. Proyek KP3BAKA dimulai pada tahun 1982. Penambangan dilakukan PT Bukit Asam (PTBA), sedangkan pengangkutannya dilakukan PT Kereta Api (Persero) Divisi Regional III Sumatera Selatan.











KA Batubara Sumsel relasi Tanjungenim-Tarahan lebih dikenal sebagai KA BABARANJANG (KA Batu Bara Rangkaian Panjang). Dinamakan demikian karena memang KA ini rangkaiannya termasuk yang terpanjang di Indonesia yaitu hingga 46 gerbong yang ditarik 2 lokomotif CC202 (lokomotif dengan daya tarik terbesar di Indonesia). Sedangkan KA Batubara Sumsel relasi Tanjungenim-Kertapati jumlah rangkaiannya 15 hingga 35 gerbong setiap KA. Lokomotifnya juga bukan CC202, tetapi berjenis CC201, BB203 atau BB202. Jika rangkaiannya tidak lebih dari 20 gerbong, rangkaian hanya ditarik 1 lokomotif. Jika lebih dari 20 gerbong, maka rangkaian ditarik 2 lokomotif





















































































A. Relasi angkutan
Tanjungenim-Tarahan

KA Babaranjang beroperasi dari tambang batu bara di Tanjungenim, Sumatera Selatan ke pembongkarannya di Pelabuhan Tarahan, Bandar Lampung sejauh 419,518 kilometer. Saat ini terdapat 14 KA yang beroperasi kondisi isian dari Tanjungenim maupun kondisi kosongan dari Tarahan.
Tanjungenim-Kertapati
Relasi Tanjungenim-Kertapati sejauh 159 km dengan KA yang beroperasi lebih sedikit yaitu 8 KA.
B.Potensi

Potensi KA Batubara bagi perkeretaapian Sumatera Selatan sangat besar. Selain karena persediaan batubara yang berlimpah, angkutan batubara di Sumatera Selatan juga merupakan angkutan yang menyumbang pendapatan terbesar bagi Divre III Sumsel, bahkan bagi angkutan barang PT Kereta Api (Persero). Pasalnya, diperkirakan hampir 60 persen pendapatan angkutan barang PT Kereta Api (Persero) disumbang dari KA Batubara Sumsel ini. Dari 15,6 milyar juta ton yang terkandung, pada tahun 2008 baru tercapai sebanyak 8,4 juta ton yang terangkut oleh KA. Angkutan batubara relasi Tanjungenim-Tarahan sebagian besar digunakan untuk menyuplai kebutuhan batubara pembangkit listrik Suralaya, Cilegon. Sedangkan yang di koridor Tanjungenim-Kertapati, sebagian besar untuk keperluan ekspor
C.Kondisi Sarana

Saat ini, KA Batubara di Divre III Sumatera Selatan menggunakan gerbong berjenis KKBW dengan muatan maksimum 50 ton untuk KA relasi Tanjungenim-Tarahan dan 30 ton relasi Tanjugenim-Kertapati. Masing-masing gerbong tersebut saat ini yang siap guna operasi (SGO) berjumlah 1.054 unit untuk gerbong KKBW muatan 50 ton dan 254 unit gerbong muatan 30 ton.


Untuk lokomotif, tersedia 49 unit lokomotif CC202 dan hanya dioperasikan menarik rangkaian batubara di koridor Tanjungenim-Tarahan. Lokomotif yang didatangkan sejak tahun 1986 ini keseluruhannya dalam kondisi siap operasi dan dioperasikan dalam formasi dobel traksi di depan rangkaian. Sembilan unit lokomotif CC202 terakhir didatangkan dalam kondisi utuh (built-up) yang tiba di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung pada April 2008 lalu
D.Kondisi Prasarana dan Fasilitas

Kondisi prasaran dan fasilitas pemuatan dan pembongkaran batubara di wilayah Divre III Sumsel relatif canggih. Khususnya di pembongkaran Trahan karena menggunakan mesin RCD (Rottary Car Dumper) yang mampu membalik gerbong hingga 180 derajat agar seluruh isi gerbong tumpah ke dalam bak penampungan. Pembalikkan (rottarry) ini memungkinkan karena putaran kopler (sambungan antar gerbong) yang fleksibel. Untuk pembongkaran di Kertapati, pembongkaran dilakukan dengan membuka penutup bagian bawah gerbong agar muatan batubara dalam gerbong dapat dikeluarkan ke bak penampungan dengan bantuan dorongan petugas menggunakan sekop.


Untuk pemuatannya, batubara dari tambang dialirkan oleh mesin hingga dicurahkan ke dalam gerong secara tepat jumlah muatannya. Lokomotif menarik secara perlahan gerbong yang sedang diisi satu-persatu melewati bagian bawah mesin
E.Rencana Pengembangan

Cadangan batubara yang masih besar di wilayah Sumsel berdampak pada pertumbuhan permintaan angkutan Batubara terus meningkat. Gerbong KKBW Batubara relasi Tanjungenim-Kertapati yang saat ini memiliki berat muat 30 ton akan ditingkatkan menjadi 50 ton. Dari sisi prasarana akan dikembangkan guna mendukung kapasitas lintas yang tersedia sehingga potensi permintaan angkutan batu bara dapat terlayani.


Potensi angkutan batu bara di Sumatera Selatan yang belum terlayani diantaranya relasi Sukacinta-Kertapati sebesar 4 juta ton, Merapi-Kramasan sebesar 4,7 juta ton

BATUBARA CIGADING

Pembukaan proyek pengangkutan batubara dilakukan sejak tahun 1986, yaitu dengan dilakukannya kerjasama pengangkutan batubara antara PT Kereta Api (Persero) dengan PT Aneka Jasatama Wahana (PT AJW) yang merupakan anak perusahaan PT Indocement, dari Cigading ke Bekasi. Dari Bekasi, pengangkutan batubara dilanjutkan oleh truk.
Pada awalnya komoditi Batubara yang berasal dari Sumatera Selatan ini adalah untuk menyuplai kebutuhan batubara pabrik semen PT Indocement di Cibinong Bogor. Seiring perkembangan, batubara yang dikirim ke Bekasi ini tidak hanya didistribusikan ke pabrik semen PT Indocement, tapi juga ke daerah industri sekitar Bekasi.










KA Batubara Cigading merupakan satu-satunya KA Batubara yang beroperasi di Pulau Jawa. Lintasan operasinya berada di koridor Cigading Banten-Bekasi Jawa Barat.

















































A.Relasi angkutan

Angkutan KA Batubara Cigading beroperasi di wilayah Daop I Jakarta, yaitu di koridor Cigading - Bekasi. Dari Cigading, rangkaian dalam kondisi isi muatan batubara. Sedangkan dari Bekasi kosongan. Di Stasiun Cigading, pengisian batubara dilakukan ke dalam gerbong-gerbong batu bara. Rutenya adalah Cigading-Tanah Abang- Kampung Bandan-Pasar Senen-Bekasi pp sejauh 185 kilometer. Namun jika lintasan Kampungbandan mengalami banjir rob, KA dari Tanahabang langsung menuju Manggarai-Jatinegara hingga Bekasi. Setiap harinya, ada 3 KA yang beroperasi dari Cigading dan 3 KA dari Bekasi.


Ada 3 KA yang dijadwalkan melakukan pengisian batubara di Cigading pada soreharinya. Sebelum magrib, 2 KA berangkat ke Cigading, 1 KA lainnya dijadwalkan berangkat ke Bekasi pada jam 12 malamnya. Dari Bekasi, ketiga KA batubara kosongan berangkat masing-masing pada pagi hari, siang dan sore hari
B.Potensi

Angkutan batubara Cigading-Bekasi potensinya cukup besar, karena merupakan KA Barang yang yang mengangkut volume angkutan terbesar di pulau Jawa. Dalam Volume Rata-rata Angkutan KA barang Periode tahun 2003-2007, KA Batubara Cigading mencatatkan volume pengangkutan terbesar kedua, yaitu sebesar 10,14 % dari total angkutan barang di Pulau Jawa
C.Kondisi Sarana

Gerbong yang digunakan berjenis PPCW gerbong terbuka yang dapat memuat hingga 30 ton batubara. Saat ini tersedia 74 gerbong PPCW dengan bak terbuka yang siap operasi. Jumlah ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan pengangkutan. Karena itu pada tahun 2009, KA Batubara Cigading-Bekasi diproyeksikan membutuhkan 3 gerbong PPCW lagi dan pada 2010 kembali dibutuhkan 3 gerbong lagi.


Sedangkan lokomotif penariknya berjenis CC201 dan terkadang BB301. Jika menggunakan CC201, rangkaian bisa mencapai 20 gerbong. Sedangkan jika dengan lokomotif BB301/ BB304, rangkain hanya terdiri dari 10 gerbong
D.Kondisi Prasarana dan Fasilitas

Untuk prasarana, pemuatan di Cigading menggunakan mesin curah. Lokomotif menarik secara perlahan ke kolong mesin agar gerbong terisi muatan batubara satu-persatu. Sedangkan pembongkarannya, bak terbuka dipindah dari atas gerbong PPCW ke trailer

Trans Lintas Timur Terganggu

PALEMBANG: Menyusul kerusakan jembatan di Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, mengakibatkan perjalanan darat dari Kota Palembang, Sumatera Selatan menuju Bandarlampung, Lampung, kerap mengalami kemacetan karena kepadatan arus kendaraan di ruas jalan lintas timur Sumatra.

Pantauan hingga Sabtu, 30 April 2011 akibat jembatan Way Besay di Kabupaten Way Kanan, Lampung yang merupakan penghubung jalan lintas tengah sumatra mengalami patah akibat ditabrak truk tronton bermuatan batu bara kelebihan beban pada Sabtu (9/4), kendaraan melaluinya umumnya dialihkan ke jalur lintas barat dan lintas timur.

Pengalihan jalur itu termasuk adanya jalur alternatif melalui jalan provinsi dan jalan kabupaten dilakukan sambil menunggu pemerintah yang masih terus berupaya memperbaiki kerusakan jembatan itu, agar bisa dilalui kembali oleh kendaraan, namun diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan lagi.

Beberapa pengemudi truk angkutan barang yang biasa melewati jalan lintas tengah Sumatra, setelah jembatan di Way Kanan itu rusak, mengaku terpaksa mengalihkan perjalanan mereka melalui jalur alternatif menembus lintas tengah menghindari jembatan yang rusak itu.

“Tapi kami perlu dikawal oleh anak-anak muda setempat, agar aman melalui jalan alternatif itu,” kata Wanto, salah satu pengemudi truk itu pula.

Para sopir truk pun harus mengeluarkan biaya ekstra untuk bantuan pengawalan anak-anak muda setempat itu.
Padahal menurut para sopir tersebut, mereka harus secara rutin mengirimkan barang ke beberapa tempat di Provinsi Sumsel, baik dari Jakarta dan kota lain di Pulau Jawa maupun dari Lampung.

Keluhan atas dampak kerusakan jembatan di Kabupaten Way Kanan yang memutus jalan lintas tengah sumatera itu, disampaikan pula para pengemudi angkutan antarjemput penumpang (travel) Lampung-Palembang dan Lampung beberapa kota di Sumatra lainnya.

Mereka mengeluhkan akibat jalan lintas tengah tidak bisa dilalui secara normal itu, arus kendaraan truk dan bus yang biasa melewatinya dialihkan ke lintas timur.

Jalan lintas timur Sumatra yang di beberapa bagian masih mengalami kerusakan pun menjadi semakin padat dan berkali-kali terjadi kemacetan yang menghambat kelancaran transportasi dan memperlama waktu tempuh perjalanan mereka.

Salah satu pengemudi angkutan travel itu, Anton, menyebutkan, biasanya perjalanan Palembang-Bandarlampung normal ditempuh selama 8-10 jam saja.

Namun akibat kepadatan dan kemacetan itu, perjalanan bisa menjadi lebih 12 jam, bahkan bisa tidak menentu kalau kemacetan terjadi cukup parah.

“Kemarin, saya keluar berangkat dari Palembang pukul 16.00 WIB sore hari, seharusnya dinihari sudah sampai Lampung, ternyata baru sampai siang harinya,” kata dia.

Kondisi itu berakibat, sejumlah penumpang travel yang hendak mengejar waktu untuk mendapatkan tiket keberangkatan kapal feri di Palembang menuju Bangka Belitung, terpaksa menunggu atau harus menginap lagi di Palembang agar bisa berangkat keesokan harinya, karena terlambat sampai dan tidak kebagian tiket atau kapal sudah berangkat.

Para pengguna jalan lintas timur Sumatra itu berharap, perbaikan kerusakan jembatan di Way Kanan yang merupakan jalur lintas tengah sumatera dapat dipercepat.

Namun kerusakan jalan di lintas barat dan lintas timur Sumatra, diharapkan pula segera diperbaiki, sehingga tidak sampai terjadi kemacetan walaupun sementara ini arus kendaraan semakin padat, karena dialihkan dari lintas tengah ke lintas timur dan lintas barat itu.

Jembatan di perbatasan Lampung-Sumsel yang masih rusak dan sering menimbulkan kemacetan dan penumpukan kendaraan, diminta segera diperbaiki agar kendaraan lancar melaluinya. (ant)

Gubernur Sumsel Larang Angkutan Batubara Lewat Jalan Umum

PALEMBANG: Gubernur Sumatra Selatan Alex Noerdin, mulai akhir 2011 melarang semua angkutan batubara melawati jalan umum, karena salah satu sarana perhubungan tersebut akan cepat rusak.

Asisten Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumsel Eddy Hermanto mengatakan, gubernur sudah menegaskan bahwa kendaraan yang mengangkut batubara mulai akhir 2011 semuanya tidak diperbolehkan lagi melalui jalan umum.

“Kondisi jalan akan mudah rusak, karena adanya angkutan batubara yang setiap hari selalu lewat, dan sering terjadi kemacetan arus lalu lintas kendaraan,” katanya di Palembang Sabtu 2 April 2011.

Dikatakannya, upaya agar mobil tersebut tetap bisa mengangkut batubara, pihaknya telah melakukan kerja sama dengan perusahaan untuk membuat jalan khusus.

Jalan khusus angkutan batubara tersebut dalam waktu dekat ini pembangunannya akan dikerjakan, karena sekarang tinggal menunggu proses perizinan, katanya lagi.

Sebelumnya Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Jalan dan Perkeretaapian, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumsel Novrie Dalimunte mengatakan, salah satu perusahaan swasta nasional akan membangun jalan khusus angkutan batubara itu.

Ia mengatakan, pembangunan jalan khusus tersebut sepanjang 228 kilometer dari Kabupaten Lahat dan Muara Enim menuju pelabuhan samudera Tanjung Api-Api.

Menurut dia, pembangunan jalan khusus angkutan batubara itu untuk mengurangi kepadatan dan kemacetan lalu lintas kendaraan. (ant)

Di Lahat Batu Bara Melimpah

PALEMBANG: Kabupaten Lahat, Sumatra Selatan, memiliki cadangan batubara 2,71 miliar ton dan mulai dieksploitasi sejak 2009 dengan produksi 5,918 juta ton per tahun.

Bupati Lahat Syaifudin Aswari Rivai di Palembang, Kamis 7 April 2011, mengatakan, di daerahnya kini terdapat 17 perusahaan swasta yang memiliki izin usaha pertambangan (IUP) dengan total produksi 5,918 juta ton batubara per tahun.

Berbicara pada seminar “Mencari Solusi Angkutan Batubara di Sumsel” ia menjelaskan, 12 IUP swasta dengan produksi sekitar 2,774 juta ton per tahun mengangkut batubaranya dengan “dump truck”, sementara produksi dua IUP milik PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) menggunakan kereta api.

Dikemukakannya, saat ini di daerahnya masih ada 38 IUP batubara yang belum berproduksi. Untuk mengantisipasi padatnya kendaraan di jalan raya dari Lahat ke Palembang, pemerintah kabupaten berencana membangun jalan khusus.

Pembangunan jalan khusus itu akan dikerjakan PT Servo Lintas Raya (PT SLR). Selain itu, Pemerintah Provinsi Sumsel juga telah menyetujui pembangunan jalan kereta api (KA) dua jalur untuk angkutan batubara.

Pihaknya menargetkan jalan khusus batubara itu beroperasi awal 2012.
Tentang permasalahan dihadapi di lapangan, menurut Aswari, adalah soal pembebasan lahan milik warga. “Biasanya, kalau mengetahui informasi akan dibangun jalan khusus angkutan batubara, warga cenderung menaikkan harga jual tanahnya,” katanya.

Di samping itu, warga juga mau semua lahan mereka dibebaskan meski tidak seluruhnya terkena proyek pembuatan jalan.

“Belum lagi permasalahan lain, karena jalan khusus angkutan batubara itu juga membutuhkan 70 unit jembatan baru karena banyak sungai dilintasi,” katanya.

Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel Yusri Efendi menyatakan, provinsi itu memiliki cadangan batubara 22,24 miliar ton, atau 48,45 persen dari total cadangan nasional.

Cadangan batubara sebanyak itu terdapat di wilayah mulut tambang Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, juga di perut bumi wilayah pertambangan Kabupaten Lahat dan beberapa daerah lainnya.

Sejumlah daerah yang memiliki cadangan batubara di Sumsel adalah Kabupaten Musi Rawas, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur dan Kota Prabumulih. Namun baru di Kabupaten Muara Enim dan Lahat yang sudah dieksploitasi. (ant)

PT Pelindo II akan Tingkatkan Pengangkutan Batubara di Sumsel

07.10.2010 17:01:51 WIB

SUMATRA Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan batubara. Diperkirakan ada sekitar 22 miliar ton batubara atau sekitar 48 persen cadangan nasional, yang belum dieksploitasi . Namun, sampai saat ini ada kendala transportasi dalam mengeksploitasi batubara tersebut. Angkutan melalui keretaapi, truk, dan tongkang, belum sesuai dengan target produksi.

Oleh karena itu, PT Pelindo II, berencana meningkatkan pengiriman batubara dari Sumatra Selatan dengan cara melakukan optimalisasi pengiriman batubara keluar melalui investasi di bidang pengangkutan air atau melalui sungai Musi.

Ada beberapa hal yang akan dilakukan. Pertama membangun loading point di tepi sungai Musi dengan jarak terdekat sentra produksi batubara yakni di kabupaten Muaraenim. Kedua menyediakan sejumlah tongkang dengan ukuran kecil atau tongkang bermesin, yang mana selain memiliki kecepatan yang lebih baik, juga aman terhadap lingkungan terutama melalui jembatan Ampera, yang jarak antartiangnya hanya berkisar 40 meter.

Ketiga, membangun pelabuhan teruntuk kapal-kapal besar di muara sungai Musi atau di daerah kabupaten Banyuasin.

Angkutan melalui kapal tongkang, kata Dani, jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan kereta api atau truk. Misalnya sebuah tongkang yang mampu membawa sekitar 9.000 ton batubara itu sama saja dengan 30 truk.

“Namun rencana ini, yang akan diwujudkan pada tahun 2013 harus didukung oleh berbagai pihak, selain perusahaan pengeksploitasi batubara juga pemerintah Sumatra Selatan dan pemerintah daerah lainnya,” kata Dani Rusli Utama, General Maneger PT Pelindo II, saat jumpa pers di kantornya, Pelabuhan Boom Baru, Palembang, Kamis (07/10/2010).

Selain melaksanakan program tersebut, Dani juga mengungkapkan keinginannya buat meningkatkan fungsi pelabuhan Boom Baru.

Menurut dia, selama ini pelabuhan Boom Baru bekerja selama 24 jam. Tapi, perusahaan-perusahaan yang menggunakan jasa pelabuhan yang dibangun tahun 1924 itu tidak bekerja selama 24 jam, sehingga kapal-kapal yang mengangkut barang harus menunggu lebih lama di pelabuhan, sehingga biayanya bertambah sekitar Rp100 juta per hari. “Akibatnya biaya ini dibebankan pada masyarakat melalui harga produk yang diangkut melalui kapal tersebut,” kata Dani.

Jadi, kalau tidak ada penumpukan barang di kapal lantaran perusahaan bekerja 24 jam, maka harga barang akan turun sehingga konsumen diuntungkan. Misalnya pada semen yang sempat mencapai harga Rp50 ribu per sak lantaran adanya penumpukan di kapal. Setelah langsung diangkut ke gudang-gudang milik perusahaan, harga semen turun menjadi Rp47-48 ribu per sak.